Friday 4 September 2015

BANGSA MONGOL DAN BERDIRINYA DINASTI MONGOL ISLAM IIKHAN



11.    BANGSA MONGOL

A.    Asal-usul Bangsa Mongol
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia, yang membentang dari Asia Tengah sampai  Siberia Utara ,Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan  yang mempunyai dua putra kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putra itu melahirkan dua suku bangsa besar yaitu mongol dan tartar. Mongol mempunyai anak yang bernama lkhan ,yang melahirkan keturunan pemimpin Bangsa Mongol dikemudian hari. [1]
Kehidupan Bangsa Mongol masih sangat sederhana, mereka mendirikan kemah-kemah dan sering bepindah-pindah dari satu tempat ketempat lain sepanjang perbatasan Farghana Timur dengan Amuria. Keadaan tersebut menjadikan mereka mempunyai watak yang kasar ,suka berperang ,tidak kenal perasaan belas kasihan dan berani menghadang maut  dalam mencapai keinginan akan tetapi mereka sangat patuh kepada pemimpinya. 2
Mereka bersatu dalam satu kelompok besar yang dipimpin seorang yang benar-benar mampu memimpin dan sistem keturunan tidak berlaku kecuali memenuhi kriteria yang diperlukan seperti cerdas, pemberani dan sanggup mengalahkan musuh.
Dalam halnya suatu suku biasanya sangat kental dengan agama yang dianut, begitu pula dengan Bangsa Mongol. Mereka  menganut agama syamaniah atau bisa juga disebut syamanism, aliran ini identik dengan penyembahan terhadap bintang-bintang dan bersujud menyembah kepada matahari disaat matahari sedang terbit di samping itu  mereka juga menyembah arwah-arwah nenek moyang yang mereka yakini memiliki kekuatan luar biasa dan mereka juga mempersembahkan korban-korban untuk menghindari gangguan dari benda benda tertentu yag dianggap sakti. 3

       B.Serangan bangsa mongol
Asia tengah pada abad ke-7 M dihuni oleh orang-orang (suku) asing dan biadab dari pegunungan Altai. Disebelah barat mereka terkategori sebagai orang-orang Turki, disebelah timur sebagai orang Mongol
Setelah pindah memasuki daerah keajaan islam dibagian barat dan memeluk  agama islam,  dan orang Turki menjadi suku yang berbudaya. Pada tahun 1206, Termujin  terpilih sebagai pemimpin bangsa Mongol dengan gelar “Jenhis Khan”atau “Jengis Khan”. Pada tahun  1211-1216, Raja Jenhis Khann mengkonsolidasikan  kekuatannya dengan menaklukan China pada tahun 1219, ia mulai ekspansi kearah barat. Pada bulan Febuari 1220, Jenhis Khan menyeberangi sungai Jaxates dan menalukkan kota Bukhara,  kemudian menaklukkan Samarkhand dua kota terkaya didunia. Selain itu dia menaklukkan Turki, Ferghana, Khurasan, Hamdzan, Quzwain sampai perbatasan Iraq. Selam lima tahun (1220-1225) Jenhis Khan menaklukkan Persia Timur, sehingga daerah itu menjadi padang yang tak berpenduduk.
Menjelang kematiannya Jenhis Khan membagi wilayah kekuasaannya menjadi empat bagian kepada empat orang putrannya yaitu Juchi, anaknya yang tertua mendapat daerah sebelah selatan laut Kaspia. Joga Thai Khan mendapat daerah sebelah timur sungai Jaxatez. Ogu Thai Khan mendapat lembah Kimil. Tului Khann, anak teraakhir mendapat kembali daerah asal Mongo yaitu sekitar laut Baikal. Daerah yang ditaklukkan  yaitu China dan Persia tidak dibagi, tetapi  diserahkan kepada Supreme Khan (raja tertinggi) ditetapkan Ogu Khan untuk menguasai Persia dan China.
Pada usia 66 tahun  Jenhis Khan, penakluk dunia meninggal dunia pada tanggal 18 agustus, setelah sakit 18 hari.  Hulagu khan, cucu Jenhis Khan ditetapkan sebagai komandan yang akan menaklukkan Irak, Syria dan Mesir. Pada tanggal 2 januari 1258, pasukan Hulagu sampai kedaerah perbatasan kota Bagdad. Disisni mereka dibantu oleh pasukan Mongol dari Asia kecil. Dengan menggunakan kelompok-kelompok tawanan, bangsa Mongol segera mengepung kota dan menghujani dengan peluru-peluru  batu, panah dan sebagainya.pada tanggal 30 januari 1258 serangan ditingkatkan dan beberapa hari kemudian pertahanan kota Bagdad hancur. Wazir ibnu al-alqami dengan ditemani oleh seorang katholik Nestorian menawarkan untuk berunding, tetapi Hulagu menolaknya.  Pada tanggal 13 februari 1258 bangsa Mongol memasuki kota Bagdad dan membumihanguskan kota tersebut. Menurut catatan 800.000 orang  dibunuh, termasuk khalifah sendiri yang meninggal dibawah telapak kaki kuda-kuda bangsa Mongol. Setelah itu Hulagu Khan kembali menuju Azebaijan, pada  tanggal 12 september 1259 Hukagu menuju Syria , pada tanggal 20 januari 1260 Hulagu menaklukkan Allepo, disusul kemudian Hamam dan Hamim di Syria  Utara.



C.Puncak keemasan bangsa mongol
Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan. la herhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, puteranya, Timujin yang masih berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa Mongol dengan suku bangsa lain sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan tangguh. Pada tahun 1206 M, ia mendapat gelar Jenggis KhanRaja Yang Perkasa. la menetapkan suatu undang-undang yang disebutnya Ilyasiq atauAlyasah, untuk mengatur kehidupan rakyatnya.
Wanita mempunyai kewajiban/yang sama dengan laki-laki dalam kemiliteran. Pasukan perang dibagi dalam beberapa kelompok besar dan kecil, seribu, dua ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan. Dengan demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat di bidang militer.

2.      DINASTI  MONGOL  ISLAM  IIKHAN 

A.  Sejarah berdirinya Dinasti Ilkhan
Dinasti Ilkhan adalah sebuah dinasti yang dibangun oleh orang-orang Mongol, ketika mereka berhasil menginvasi dan menguasai Baghdad sebagai pusat kekuasaan dari Khilafah Abbasiyah. Dinasti Ilkhan berdiri pada tahun 1258, pada saat Hulagu Khan berhasil memantapkan kekuasaannya di Baghdad (Harun Nasution, 1985: 80). Ilkhan sendiri artinya artinya warga khan yang agung (C.E. Bosworth, 1993:176). Ilkhan juga adalah gelar yang diberikan kepada Hulaghu Khan sebagai bentuk penghargaan terhadap prestasi-prestasinya yang diperolehnya ketika sukses melakukan ekspansi wilayah dan mengalahkan setiap musuh-musuhnya.
B. Perkembangan Dinasti Ilkhan
Dinasti Ilkhan memerintah di wilayah yang memanjang dari Asia Kecil di Barat dan India di Timur dengan ibukotanya Tabriz. Di wilayah itu sekarang membentang negara Turki, Syiria, Irak, Iran, Uzbekistan dan Afghanistan. Selama dinasti ini berkuasa, terdapat 16 raja yang pernah berkuasa. Di antara raja-raja tersebut yang pertama adalah Hulaghu Khan, seorang raja Mongol dari Dinasti Ilkhan yang merupakan anak dari Tuli Khan. Ia merupakan cucu dari Jangis Khan dan beragama Syamanism. Masa kekuasaan dari Hulagu Khan hanya berlangsung selama tujuh tahun karena pada tahun 1265 ia meninggal dunia.
Hulagu Khan digantikan anaknya yang bernama Abaga Khan. Ia merupakan salah satu di antara penguasa Dinasti Ilkhan yang memerintah paling lama, yaitu selama 17 tahun (Muhammad Sayyid al-Wakil, 1998: 270). Ia memerintah dari tahun 1265 s.d.1282 M. Berbeda dengan bapaknya yang beragama Syamanism, maka Abaga Khan adalah seorang pemeluk agama Kristen Nestorian. Selanjutnya, penguasa ketiga dari dinasti ini adalah Ahmad Teguder. Ia memerintah dari tahun 1282 s.d.1284 M. Pada tahun 1284 hanya karena telah beralih agama dengan menjadi seorang Muslim, ia dibunuh oleh Argun, yang kemudian menggantikannnya menjadi raja Dinasti Ilkhan (1284-1291). Raja yang keempat ini adalah penganut agama Kristen Nestorian militan, yang karena kefanatikannnya banyak melakukan tindakan refresif dengan mengusir dan membunuh orang-orang Islam (Hassan Ibrahim Hassan, 1989: 307).
Selanjutnya raja Mongol yang kelima adalah Gaygathu. Ia memerintah selama empat tahun, dari tahun 1291 sampai dengan 1295. Ia kemudian digantikan oleh Baydu yang memerintah tidak lama, kurang lebih dari setahun, yakni masih dalam tahun 1295. Dari masa Hulagu Khan sampai Baydu, kecuali Ahmad Teguder, seluruh penguasa Dinasti Ilkhan adalah non-Muslim. Dengan demikian umat Islam yang ada di kawasan tersebut diperintah dan dikuasai oleh penguasa-penguasa Dinasti Ilkhan yang non-Muslim. Diprediksikan pada periode ini tidak ada sebuah perkembangan yang berarti bagi masyarakat Muslim terutama yang menyangkut perkembangan Islam dan peradabannnya, karena memang penguasa-penguasa dari dinasti Ilkhan pada periode ini adalah orang-orang yang tidak memiliki perhatian terhadap Islam. Yang menarik bisa jadi adalah sebuah ironisme, yaitu masyarakat Muslim yang jumlahnya sebagai mayoritas diperintah minoritas non-Muslim yang berasal dari luar.
Sebuah tanda-tanda angin baik dari Dinasti Ilkhan terhadap umat Islam muncul pada masa penguasa Dinasti Ilkhan yang ketujuh dan yang sesudahnya. Pada 1295 M Mahmud Ghazan diangkat sebagai raja yang ketujuh. Mahmud Ghazan (1295-1304), adalah pemeluk agama Islam. Dengan masuk Islamnya Mahmud Ghazan, Islam sedikit demi sedikit mulai meraih kemenangan yang sangat besar terhadap agama Syamanism. Bahkan pada periode ini seperti yang dikemukakan C.E. Bosworth ( 1993: 176), ketika tekanan kultural dan keagamaan dari lingkungan Persia semakin besar, maka para penguasa dari Dinasti Ilkhan mulai merenggangkan hubungannnya dengan raja-raja agung di Cina.
Mahmud Ghazan digantikan Muhammad Khudabanda Uljaetu (1304-1317 M). Figur Muhammad Khudabanda Uljaetu di samping sebagai seorang yang taat memegang agama Islam, ia adalah seorang penganut dan pembela madzhab Syiah (Hamka, 1975: 49-50). Ia mengendalikan pemerintahan Dinasti Ilkhan selama kurang lebih 14 tahun, sampai kemudian digantikan oleh Abu Said (1317-1335 M.) Dinasti Ilkhan mengalami kemunduran pasca pemerintahan Abu Said. Perlu diketahui bersama pada masa ini Dinasti Ilkhan diperintah Raja Arpha, Musa, Muhammad, Jahan Timur, Sati Bek dan Sulaeman. Mereka semua adalah figur raja-raja yang lemah, karena di masa ketujuh raja ini di wilayah kerajaan Dinasti Ilkhan banyak terjadi perpecahan dan pertikaian, sampai kemudian wilayah kekuasaannnya digantikan oleh dinasti-dinasti lokal seperti Dinasti Jalayiriyah, Muzhaffariyyah dan Sarbadariyyah di Khurasan ( Lihat C.E. Bosworth, 1993: 175). Selanjutnya, sampai dengan dengan dekade keempat dari abad XIV, tepatnya di tahun 1343 H kekuasaan dari Dinasti Ilkhan sudah tidak ada dan sisa-sisa dari wilayah kekuasaannnya di masa kemudian diambil alih dan dipersatukan oleh Timur Lenk sebagai satu kesatuan integritas di bawah panji-panji kekuasaannya.
Pada masa Mahmud Ghazan, elite-elite militer Dinasti Ilkhan telah berpindah ke agama Islam dan mengambil legitimasi kulturalnya dari tradisi Mongolian dan juga dari sumber-sumber kesusastraan Iran. Berkat dukungan penguasa Mongol-Muslim, penulisan sejarah yang mencerminkan kepedulian raja Mahmud Ghazan terhadap nasib dunia ini berkembang dengan subur. Sebagai contoh karya Al-Juwaini (1226-1283), History of the World Conquerors yang banyak menguraikan tentang perjalanan Jenghis Khan dan penaklukan Iran. Begitu pula karya seseorang yang sezamannnya dengannnya, Rasyid al-Din (1247-1318), seorang ilmuwan Fisika dan seorang menteri, menulis karya Compendium of Histories yang mengintegrasikan sejarah bangsa Cina, India, Eropa, Muslim dan sejarah Mongol ke dalam sebuah perspektif kosmopolitan mengenai nasib umat manusia (Ira M. Lapidus, 1999: 431).
Konstribusi Raja Mahmud Ghazan dalam menegakkan kembali kejayaan kerajaan Iran yang paling cemerlang adalah usahanya mengembangkan seni lukis dan seni ilustrasi manuskrip. Beberapa tulisan sejarah karya Rasyid al-Din terus menerus disalin dan diilustarikan. Demikian juga syair-syair efik dari karya Syah Name dan Life of Alexander , dan beberapa fable dari karya Kalila wa Dimah. Kota Tabriz sendiri telah menjadi pusat bagi sebuah sekolah seni lukis dan seni ilustrasi yang sangat pesat pada saat itu (Ira M. Lapidus, 1999: 432).
Mahmud Ghazan digantikan Muhammad Khudabanda Uljaetu (1304-1317 M). Figur Muhammad Khudabanda Uljaetu di samping sebagai seorang yang taat memegang agama Islam, ia adalah seorang penganut dan pembela madzhab Syiah (Hamka, 1975: 49-50). Ia mengendalikan pemerintahan Dinasti Ilkhan selama kurang lebih 14 tahun, sampai kemudian digantikan oleh Abu Said (1317-1335 M ).

C.Kemunduran Dinasti Ilkhan
             Dinasti Ilkhan mengalami kemunduran pasca pemerintahan Abu Said. Perlu diketahui bersama pada masa ini Dinasti Ilkhan diperintah Raja Arpha, Musa, Muhammad, Jahan Timur, Sati Bek dan Sulaeman. Mereka semua adalah figur raja-raja yang lemah, karena di masa ketujuh raja ini di wilayah kerajaan Dinasti Ilkhan banyak terjadi perpecahan dan pertikaian, sampai kemudian wilayah kekuasaannnya digantikan oleh dinasti-dinasti lokal seperti Dinasti Jalayiriyah, Muzhaffariyyah dan Sarbadariyyah di Khurasan ( Lihat C.E. Bosworth, 1993: 175). Selanjutnya, sampai dengan dengan dekade keempat dari abad XIV, tepatnya di tahun 1343 H kekuasaan dari Dinasti Ilkhan sudah tidak ada dan sisa-sisa dari wilayah kekuasaannnya di masa kemudian diambil alih dan dipersatukan oleh Timur Lenk sebagai satu kesatuan integritas di bawah panji-panji kekuasaannya.


[1]. Badri yatim, Dr. sejarah peradaban islam. ( Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada, 2008 ). Hal 111
2. Badri yatim, Dr. sejarah kebudayaan islam II. CET II ( Jakarta : general pembinaan agama islam, ) 1997
3. Ibid – Badri Yatim. Sejarah kebudayaan islam II

No comments:

Post a Comment