11.
BANGSA MONGOL
A.
Asal-usul Bangsa Mongol
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia, yang
membentang dari Asia Tengah sampai Siberia Utara ,Tibet Selatan dan
Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja
Khan yang mempunyai dua putra kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putra itu
melahirkan dua suku bangsa besar yaitu mongol dan tartar. Mongol mempunyai anak
yang bernama lkhan ,yang melahirkan keturunan pemimpin Bangsa Mongol dikemudian
hari. [1]
Kehidupan Bangsa Mongol masih sangat sederhana, mereka mendirikan
kemah-kemah dan sering bepindah-pindah dari satu tempat ketempat lain sepanjang
perbatasan Farghana Timur dengan Amuria. Keadaan tersebut menjadikan mereka
mempunyai watak yang kasar ,suka berperang ,tidak kenal perasaan belas kasihan
dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginan akan tetapi mereka
sangat patuh kepada pemimpinya. 2
Mereka bersatu dalam satu kelompok besar yang dipimpin seorang
yang benar-benar mampu memimpin dan sistem keturunan tidak berlaku kecuali
memenuhi kriteria yang diperlukan seperti cerdas, pemberani dan sanggup
mengalahkan musuh.
Dalam halnya suatu suku biasanya sangat kental dengan agama yang
dianut, begitu pula dengan Bangsa Mongol. Mereka menganut agama syamaniah
atau bisa juga disebut syamanism, aliran ini identik dengan penyembahan
terhadap bintang-bintang dan bersujud menyembah kepada matahari disaat matahari
sedang terbit di samping itu mereka juga menyembah arwah-arwah nenek
moyang yang mereka yakini memiliki kekuatan luar biasa dan mereka juga
mempersembahkan korban-korban untuk menghindari gangguan dari benda benda
tertentu yag dianggap sakti. 3
B.Serangan bangsa mongol
Asia tengah pada abad ke-7 M dihuni oleh orang-orang (suku) asing
dan biadab dari pegunungan Altai. Disebelah barat mereka terkategori sebagai
orang-orang Turki, disebelah timur sebagai orang Mongol
Setelah pindah memasuki daerah keajaan islam dibagian barat dan
memeluk agama islam, dan orang Turki menjadi suku yang berbudaya.
Pada tahun 1206, Termujin terpilih
sebagai pemimpin bangsa Mongol dengan gelar “Jenhis Khan”atau “Jengis Khan”.
Pada tahun 1211-1216, Raja Jenhis Khann
mengkonsolidasikan kekuatannya dengan
menaklukan China pada tahun 1219, ia mulai ekspansi kearah barat. Pada bulan
Febuari 1220, Jenhis Khan menyeberangi sungai Jaxates dan menalukkan kota
Bukhara, kemudian menaklukkan Samarkhand
dua kota terkaya didunia. Selain itu dia menaklukkan Turki, Ferghana, Khurasan,
Hamdzan, Quzwain sampai perbatasan Iraq. Selam lima tahun (1220-1225) Jenhis
Khan menaklukkan Persia Timur, sehingga daerah itu menjadi padang yang tak
berpenduduk.
Menjelang kematiannya Jenhis Khan membagi wilayah kekuasaannya
menjadi empat bagian kepada empat orang putrannya yaitu Juchi, anaknya yang
tertua mendapat daerah sebelah selatan laut Kaspia. Joga Thai Khan mendapat
daerah sebelah timur sungai Jaxatez. Ogu Thai Khan mendapat lembah Kimil. Tului
Khann, anak teraakhir mendapat kembali daerah asal Mongo yaitu sekitar laut
Baikal. Daerah yang ditaklukkan yaitu
China dan Persia tidak dibagi, tetapi
diserahkan kepada Supreme Khan (raja tertinggi) ditetapkan Ogu Khan untuk
menguasai Persia dan China.
Pada usia 66 tahun Jenhis
Khan, penakluk dunia meninggal dunia pada tanggal 18 agustus, setelah sakit 18
hari. Hulagu khan, cucu Jenhis Khan
ditetapkan sebagai komandan yang akan menaklukkan Irak, Syria dan Mesir. Pada
tanggal 2 januari 1258, pasukan Hulagu sampai kedaerah perbatasan kota Bagdad.
Disisni mereka dibantu oleh pasukan Mongol dari Asia kecil. Dengan menggunakan
kelompok-kelompok tawanan, bangsa Mongol segera mengepung kota dan menghujani
dengan peluru-peluru batu, panah dan
sebagainya.pada tanggal 30 januari 1258 serangan ditingkatkan dan beberapa hari
kemudian pertahanan kota Bagdad hancur. Wazir ibnu al-alqami dengan ditemani
oleh seorang katholik Nestorian menawarkan untuk berunding, tetapi Hulagu
menolaknya. Pada tanggal 13 februari
1258 bangsa Mongol memasuki kota Bagdad dan membumihanguskan kota tersebut.
Menurut catatan 800.000 orang dibunuh,
termasuk khalifah sendiri yang meninggal dibawah telapak kaki kuda-kuda bangsa
Mongol. Setelah itu Hulagu Khan kembali menuju Azebaijan, pada tanggal 12 september 1259 Hukagu menuju Syria
, pada tanggal 20 januari 1260 Hulagu menaklukkan Allepo, disusul kemudian Hamam
dan Hamim di Syria Utara.
C.Puncak
keemasan bangsa mongol
Kemajuan
bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan. la herhasil menyatukan 13
kelompok suku yang ada waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, puteranya, Timujin yang
masih berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia
berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa Mongol dengan
suku bangsa lain sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan tangguh. Pada
tahun 1206 M, ia mendapat gelar Jenggis
Khan, Raja
Yang Perkasa. la menetapkan suatu undang-undang yang disebutnya Ilyasiq atauAlyasah,
untuk mengatur kehidupan rakyatnya.
Wanita
mempunyai kewajiban/yang sama dengan laki-laki dalam kemiliteran. Pasukan
perang dibagi dalam beberapa kelompok besar dan kecil, seribu, dua ratus, dan
sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan. Dengan
demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat di bidang militer.
A. Sejarah berdirinya Dinasti Ilkhan
Dinasti
Ilkhan adalah sebuah dinasti yang dibangun oleh orang-orang Mongol, ketika
mereka berhasil menginvasi dan menguasai Baghdad sebagai pusat kekuasaan dari
Khilafah Abbasiyah. Dinasti Ilkhan berdiri pada tahun 1258, pada saat Hulagu
Khan berhasil memantapkan kekuasaannya di Baghdad (Harun Nasution, 1985: 80).
Ilkhan sendiri artinya artinya warga khan yang agung (C.E. Bosworth, 1993:176).
Ilkhan juga adalah gelar yang diberikan kepada Hulaghu Khan sebagai bentuk
penghargaan terhadap prestasi-prestasinya yang diperolehnya ketika sukses
melakukan ekspansi wilayah dan mengalahkan setiap musuh-musuhnya.
B. Perkembangan Dinasti Ilkhan
Dinasti
Ilkhan memerintah di wilayah yang memanjang dari Asia Kecil di Barat dan India
di Timur dengan ibukotanya Tabriz. Di wilayah itu sekarang membentang negara
Turki, Syiria, Irak, Iran, Uzbekistan dan Afghanistan. Selama dinasti ini
berkuasa, terdapat 16 raja yang pernah berkuasa. Di antara raja-raja tersebut
yang pertama adalah Hulaghu Khan, seorang raja Mongol dari Dinasti Ilkhan yang
merupakan anak dari Tuli Khan. Ia merupakan cucu dari Jangis Khan dan beragama
Syamanism. Masa kekuasaan dari Hulagu Khan hanya berlangsung selama tujuh tahun
karena pada tahun 1265 ia meninggal dunia.
Hulagu
Khan digantikan anaknya yang bernama Abaga Khan. Ia merupakan salah satu di
antara penguasa Dinasti Ilkhan yang memerintah paling lama, yaitu selama 17
tahun (Muhammad Sayyid al-Wakil, 1998: 270). Ia memerintah dari tahun 1265
s.d.1282 M. Berbeda dengan bapaknya yang beragama Syamanism, maka Abaga Khan
adalah seorang pemeluk agama Kristen Nestorian. Selanjutnya, penguasa ketiga
dari dinasti ini adalah Ahmad Teguder. Ia memerintah dari tahun 1282 s.d.1284
M. Pada tahun 1284 hanya karena telah beralih agama dengan menjadi seorang
Muslim, ia dibunuh oleh Argun, yang kemudian menggantikannnya menjadi raja
Dinasti Ilkhan (1284-1291). Raja yang keempat ini adalah penganut agama Kristen
Nestorian militan, yang karena kefanatikannnya banyak melakukan tindakan
refresif dengan mengusir dan membunuh orang-orang Islam (Hassan Ibrahim Hassan,
1989: 307).
Selanjutnya
raja Mongol yang kelima adalah Gaygathu. Ia memerintah selama empat tahun, dari
tahun 1291 sampai dengan 1295. Ia kemudian digantikan oleh Baydu yang
memerintah tidak lama, kurang lebih dari setahun, yakni masih dalam tahun 1295.
Dari masa Hulagu Khan sampai Baydu, kecuali Ahmad Teguder, seluruh penguasa
Dinasti Ilkhan adalah non-Muslim. Dengan demikian umat Islam yang ada di
kawasan tersebut diperintah dan dikuasai oleh penguasa-penguasa Dinasti Ilkhan
yang non-Muslim. Diprediksikan pada periode ini tidak ada sebuah perkembangan
yang berarti bagi masyarakat Muslim terutama yang menyangkut perkembangan Islam
dan peradabannnya, karena memang penguasa-penguasa dari dinasti Ilkhan pada
periode ini adalah orang-orang yang tidak memiliki perhatian terhadap Islam.
Yang menarik bisa jadi adalah sebuah ironisme, yaitu masyarakat Muslim yang
jumlahnya sebagai mayoritas diperintah minoritas non-Muslim yang berasal dari
luar.
Sebuah
tanda-tanda angin baik dari Dinasti Ilkhan terhadap umat Islam muncul pada masa
penguasa Dinasti Ilkhan yang ketujuh dan yang sesudahnya. Pada 1295 M Mahmud
Ghazan diangkat sebagai raja yang ketujuh. Mahmud Ghazan (1295-1304), adalah
pemeluk agama Islam. Dengan masuk Islamnya Mahmud Ghazan, Islam sedikit demi
sedikit mulai meraih kemenangan yang sangat besar terhadap agama Syamanism.
Bahkan pada periode ini seperti yang dikemukakan C.E. Bosworth ( 1993: 176),
ketika tekanan kultural dan keagamaan dari lingkungan Persia semakin besar,
maka para penguasa dari Dinasti Ilkhan mulai merenggangkan hubungannnya dengan
raja-raja agung di Cina.
Mahmud
Ghazan digantikan Muhammad Khudabanda Uljaetu (1304-1317 M). Figur Muhammad
Khudabanda Uljaetu di samping sebagai seorang yang taat memegang agama Islam,
ia adalah seorang penganut dan pembela madzhab Syiah (Hamka, 1975: 49-50). Ia
mengendalikan pemerintahan Dinasti Ilkhan selama kurang lebih 14 tahun, sampai
kemudian digantikan oleh Abu Said (1317-1335 M.) Dinasti Ilkhan mengalami
kemunduran pasca pemerintahan Abu Said. Perlu diketahui bersama pada masa ini
Dinasti Ilkhan diperintah Raja Arpha, Musa, Muhammad, Jahan Timur, Sati Bek dan
Sulaeman. Mereka semua adalah figur raja-raja yang lemah, karena di masa ketujuh
raja ini di wilayah kerajaan Dinasti Ilkhan banyak terjadi perpecahan dan
pertikaian, sampai kemudian wilayah kekuasaannnya digantikan oleh
dinasti-dinasti lokal seperti Dinasti Jalayiriyah, Muzhaffariyyah dan
Sarbadariyyah di Khurasan ( Lihat C.E. Bosworth, 1993: 175). Selanjutnya,
sampai dengan dengan dekade keempat dari abad XIV, tepatnya di tahun 1343 H
kekuasaan dari Dinasti Ilkhan sudah tidak ada dan sisa-sisa dari wilayah
kekuasaannnya di masa kemudian diambil alih dan dipersatukan oleh Timur Lenk sebagai
satu kesatuan integritas di bawah panji-panji kekuasaannya.
Pada
masa Mahmud Ghazan, elite-elite militer Dinasti Ilkhan telah berpindah ke agama
Islam dan mengambil legitimasi kulturalnya dari tradisi Mongolian dan juga dari
sumber-sumber kesusastraan Iran. Berkat dukungan penguasa Mongol-Muslim,
penulisan sejarah yang mencerminkan kepedulian raja Mahmud Ghazan terhadap
nasib dunia ini berkembang dengan subur. Sebagai contoh karya Al-Juwaini
(1226-1283), History of the World Conquerors yang banyak menguraikan tentang
perjalanan Jenghis Khan dan penaklukan Iran. Begitu pula karya seseorang yang
sezamannnya dengannnya, Rasyid al-Din (1247-1318), seorang ilmuwan Fisika dan
seorang menteri, menulis karya Compendium of Histories yang mengintegrasikan
sejarah bangsa Cina, India, Eropa, Muslim dan sejarah Mongol ke dalam sebuah
perspektif kosmopolitan mengenai nasib umat manusia (Ira M. Lapidus, 1999:
431).
Konstribusi
Raja Mahmud Ghazan dalam menegakkan kembali kejayaan kerajaan Iran yang paling
cemerlang adalah usahanya mengembangkan seni lukis dan seni ilustrasi
manuskrip. Beberapa tulisan sejarah karya Rasyid al-Din terus menerus disalin
dan diilustarikan. Demikian juga syair-syair efik dari karya Syah Name dan Life
of Alexander , dan beberapa fable dari karya Kalila wa Dimah. Kota Tabriz
sendiri telah menjadi pusat bagi sebuah sekolah seni lukis dan seni ilustrasi
yang sangat pesat pada saat itu (Ira M. Lapidus, 1999: 432).
Mahmud
Ghazan digantikan Muhammad Khudabanda Uljaetu (1304-1317 M). Figur Muhammad Khudabanda
Uljaetu di samping sebagai seorang yang taat memegang agama Islam, ia adalah
seorang penganut dan pembela madzhab Syiah (Hamka, 1975: 49-50). Ia
mengendalikan pemerintahan Dinasti Ilkhan selama kurang lebih 14 tahun, sampai
kemudian digantikan oleh Abu Said
(1317-1335 M ).
C.Kemunduran Dinasti Ilkhan
Dinasti Ilkhan
mengalami kemunduran pasca pemerintahan Abu Said. Perlu diketahui bersama pada
masa ini Dinasti Ilkhan diperintah Raja Arpha, Musa, Muhammad, Jahan Timur,
Sati Bek dan Sulaeman. Mereka semua adalah figur raja-raja yang lemah, karena
di masa ketujuh raja ini di wilayah kerajaan Dinasti Ilkhan banyak terjadi
perpecahan dan pertikaian, sampai kemudian wilayah kekuasaannnya digantikan
oleh dinasti-dinasti lokal seperti Dinasti Jalayiriyah, Muzhaffariyyah dan
Sarbadariyyah di Khurasan ( Lihat C.E. Bosworth, 1993: 175). Selanjutnya,
sampai dengan dengan dekade keempat dari abad XIV, tepatnya di tahun 1343 H
kekuasaan dari Dinasti Ilkhan sudah tidak ada dan sisa-sisa dari wilayah
kekuasaannnya di masa kemudian diambil alih dan dipersatukan oleh Timur Lenk
sebagai satu kesatuan integritas di bawah panji-panji kekuasaannya.
[1]. Badri yatim, Dr. sejarah peradaban islam. ( Jakarta : PT.
Raja Grapindo Persada, 2008 ). Hal 111
2. Badri yatim, Dr. sejarah
kebudayaan islam II. CET II ( Jakarta : general pembinaan agama islam, ) 1997
3. Ibid – Badri Yatim.
Sejarah kebudayaan islam II
No comments:
Post a Comment